Jumat, 30 April 2010

Lullaby

Malam tertatih-tatih tiba
Kau dan aku ‘kan berselimutkan kelabu
Sempatkah kau lihat di gelap sana?
Ada sesuatu, jangan lupa tutup pintumu


22/04/2010

Senin, 26 April 2010

Tick tock

Astaga, jam itu berdetak
Terlalu kencang hingga tak terlihat
Siapa bisa hentikan
Kejamnya jarum berkejaran


22/04/10

Kamis, 22 April 2010

Seribu balon di sana

Langit tak lagi sekadar biru
Ada seribu balon di sana
Kira-kira apa itu, ada yang tahu?
Oh, hanya Carl tua melayang mencari hatinya


22/04/2010

Rabu, 21 April 2010

Pelangi

Pada suatu siang setelah hujan, ia jatuh cinta pada pelangi.
Mungkin karena warnanya yang mempesona atau lengkung tubuhnya yang menggoda, ia tidak tahu pasti.
Yang ia tahu ia akan selalu sabar menunggu usainya hujan dari balik jendela.
Ketika tetes terakhir hujan sudah turun, ia segera berlari keluar, memandang ke arah langit dan menatap pelangi tanpa lelah.
Ia tidak peduli segarnya aroma tanah yang basah, ia tidak peduli matahari yang muncul mengintip di balik awan.
Matanya hanya ingin terus mencumbu pelangi.
Lalu ketika perlahan warna pelangi memudar dan kemudian menghilang, ia hanya bisa menghela nafas dan berdoa semoga besok turun hujan.

Lelaki itu sendiri



Ia tahu Jim tidak akan pulang malam itu
sofa itu akan terus kosong dan gelas itu tak akan terisi lagi
Tapi apa daya?
Ketika hati terus meminta, siapa yang bisa menolaknya?
Siapa yang bisa yakinkannya Jim sudah mengerlip jauh di atas sana?


22/04/2010

Merah

Aku adalah merah
Yang terpercik ketika kau lelapkan ku malam itu
Kini, ketika semua habis
Dapatkah kau lihat warnaku?


21/04/2010

Untitled #2

Aku ingin melihatmu pecah
Menjadi serpih hujan dan menari di tengah gemuruh
Aku ingin menyaksikanmu selamanya
Dan mencintai tiap rintikmu

Untitled #1

Kau adalah puisi yang belum sempat kutuliskan
Karena rasa ini terlalu acak dan khayal untuk mewujud menjadi rima

Langit


langitmu begitu biru dan jauh untuk kusentuh
sehingga selelah apapun ku mencoba
jemari ini takkan pernah sampai padamu

Musim Panas Lalu



Kami muda musim panas lalu
Kaki kami masih berlari di sela kerikil dan ilalang
Jemari kami masih merengkuh di antara angin dan gemintang
Gelas pun masih berdenting di tepi kolam itu

Musim panas kini kembali, namun kau tidak
Hanya aku memandang lilin padam
dan mendengar istana tanpa suara

Tanpamu, Sebastian, musim panas hanya puisi tak berkata


19/04/2010

When words should be let out

Inspired by my talented friends, I decided to make my own poetry blog. I'll try my best to update this blog regulary but hey, inspiration doesn't come easily, no? Anyway, I usually blog in English, yet I write poems most in Indonesian. It's not always like that though, it could be the other way around.

So what are you waiting for? Go read and hope you enjoy every bit of it!

And let's start this poetry blog with this one written a few years ago. Watch the video from Klaxons first, since the poem is inspired by that.

Watch the video here.


Mantra

saat itu biru dan hitam
kami tutup pintu dan sembunyikan diri
menuliskan mantra di dinding dan meniupkannya ke matamu
tangis menjadi hijau dan neon
deras hanyutkan diri
dan mantra pun membunuh lagi